Tingginya animo masyarakat untuk tampil awet muda membuat perusahaan kosmetik berlomba menawarkan solusi antiaging. Antar
satu produk saling menyalip dan mengintai posisi serta perkembangan
kompetitornya. Satu nama yang layak disebut adalah Nu Skin. Di tengah
derasnya persaingan industri estetika, nama ini tiba-tiba muncul ke
permukaan dengan gebrakan pertumbuhan sebesar lebih dari 70%.
Adalah Kany Virgo Soemantoro, lelaki
parlente bertutur bahasa persuasif yang memegang peran penting di Nu
Skin Enterprises Inc, perusahaan direct selling berkapasitas global yang kini sudah merambah regional Asia.
Kany sendiri kini dipercaya sebagai
President Nu Skin Indonesia dan Filipina sejak Mei 2012. Sebelum
memangku jabatan tersebut, lulusan S1 Arsitektur, Universitas Trisakti,
Jakarta dan S2 Administrasi Bisnis, Baldwin Wallace Colege, Ohio, AS ini
sempat berkarier di luar Nu Skin.
Pria berusia 45 tahun ini sebelumnya
pernah memimpin Scholastic-Grolier Indonesia sebagai General Manager, di
Oriflame Indonesia sebagai Head Of Sales and Marketing Departement,
serta Procon Indah sebagai Property Manager. Sementara di Nu Skin,
jabatannya berjenjang mulai dari Senior Manager Sales and Business
Development, Director Distributor Succes & Market Operation, hingga
yang terakhir kini President Nu Skin Indonesia dan Filipina.
Di bawah kepemimpinannya, Nu Skin
Indonesia mencatat pertumbuhan yang sangat pesat sejak 2008 dengan
produk-produk andalannya seperti Galvanic Spa, g3, LifePak, dan yang
terbaru rangkaian antiaging ageLOC Transformation. Lantas bagaimana
pencapaian-pencapaiannya sebagai salah satu petinggi Nu Skin? Berikut
reportase Swa Online tentang debutnya :
Kany Virgo Soemantoro (paling kiri)
Apa keunggulan Nu Skin?
Kalau kita perhatikan sekarang, memang banyak sekali perusahaan yang fokus pada pengembangan produk antiaging. Nu Skin sendiri fokus pada 2 hal. Antiaging itu bukan hanya sekedar tampilan. Tapi lebih kepada antiaging yang bersifat inside dan outside. Kami mempengaruhi setiap orang bahwa jika di dalam tubuhnya sehat,maka di luarnya pun harusnya lebih sehat lagi. Jadi inside-outside ini tergambar dari produk-produk kami seperti Galvanic (produk yang cukup laku di Indonesia), True Face Ultra, dll.
Pasarnya menyasar ke mana?
Pasar yang kami masuki mungkin Anda sudah
tahu semua. Kita tua, itu pasti. Tapi pertanyaannya adalah
kadang-kadang kita tua tapi nggak mau jelek. Alamiah sekali
bahwa tua itu kejadian. Tapi yang selalu kami usahakan adalah bahwa
walaupun sudah tua, tetapi harus tetap sehat, fresh, cakep. Dan pasar ini besar sekali. Apalagi setelah baby boom,
banyak sekali usia-usia 50-an yang merasa kebutuhan untuk sehat dan
tampil lebih muda lagi adalah penting sekali sehingga minatnya makin
tinggi. Di AS sendiri sudah ada sekitar 70%. Kalau kita lihat ke Asia
Pasifik termasuk Indonesia, pertumbuhannya sudah mencapai 82%.
Anda bisa lihat, di baby boom
(tahun 2020), akan diprediksi bahwa mereka yang umurnya 35 tahun akan
lebih banyak dari jumlah anak-anak. Kalau dulu, mungkin yang paling
terkenal adalah filosofi banyak anak, banyak rezeki. Tapi sekarang, di
China sendiri, kalau sudah punya anak satu, itu masih free, tapi kalau sudah yang kedua, ketiga, dan seterusnya, mereka bisa kena denda. Jadi memang ada pengetatan kelahiran.
Sebagai cosmetic direct selling companies, Nu Skin kan baru-baru ini naik namanya, bagaimana kinerja pertumbuhannya?
Tahun lalu Nu Skin Indonesia membukukan keuangan Rp 350 miliar dalam setahun. Dengan angka sebesar itu, posisi kami untuk direct selling personal care atau direct selling secara keseluruhan, berada di peringkat ke-6. Kami menjadi perusahaan direct selling dengan pertumbuhan tercepat di seluruh Indonesia.
Memang kami belum menjadi yang terbesar,
tapi kami termasuk yang terpesat. Perusahaan lain belum ada yang
pertumbuhannya bisa mencapai lebih dari 50%. Sementara tahun lalu, kami
lebih dari 70%. Hal tersebut didapat setelah kami meluncurkan produk
baru bernama R-Squared pada tahun lalu. Produk ini untuk stamina yang
kalau dilihat dari hasil penelitiannya berhubungan dengan aktifitas mereset
gen (sel-sel muda direset kembali). Dan memang itu yang membuat
pertumbuhan penjualan kami di tahun kemarin luar biasa besarnya.
Setelah mencapai angka tersebut, target selanjutnya?
Target kami di tahun ini tentu naik dari
Rp 350 miliar ke 500 miliar. Pertanyaannya adalah bisakan angka tersebut
tercapai? Kalau kami lihat dari pertumbuhan yang sekarang, kemungkinan
besar, InsyaAllah tercapai. Sejak kami buka officially yang ada
di Indonesia sampai 2012 kemarin, selama 5 tahun berturut-turut kami
tumbuh lumayan. Memang dari tahun 2005, ketika pembukaan, kami sedikit adjust pasar, mencoba mengerti pasar, mencoba mengenalkan pada pasar, sampai di tahun 2008, kami benar-benar take off.
Kalau kami cermati, rasanya pencapaian 2
quarter berturut-turut ini luar biasa pesat. Kalau hanya sekali-dua kali
tumbuh, mungkin kebetulan ya. Tapi kalau sudah 5 kali berturut-turut
tumbuh, mungkin bukan pertumbuhan lagi, tapi memang sudah tren. Seperti
yang kita tahu, tren antiaging ini sekarang memang sedang
berkembang luar biasa. Dibandingkan di regional, pertumbuhan kami 29%
dari sisi penjualannya. Di Malaysia sendiri 30%. Ini memang pertumbuhan
total di luar produk baru yang kemarin kami luncurkan. Kami hanya ingin
lihat apakah tanpa produk baru kami masih tumbuh. Pada kenyataannya iya.
Di luar produk baru, pertumbuhan Nu Skin masih lumayan besar yaitu 42%.
Dilihat range-nya, kami punya
pertumbuhan yang sangat signifikan, bahkan semenjak 5 bulan ke belakan,
kami sudah 45% dibandingkan 5 bulan di tahun lalu. Secara porsi,
Indonesia 11% dibandingkan regional yang ada di Asia Tenggara. Target
kami 5 tahun ke depan, melihat potensi pasar Indonesia yang demikian
besar, harusnya bisa lebih dari 11%, mungkin bisa sampai 25%.
Berapa jumlah agen Nu Skin yang sudah tersebar di seluruh Indonesia saat ini?
Jumlah distributor/independent agent
yang membantu memasarkan produk sudah ada 145 ribu orang. Tapi yang
benar-benar menjalankan setiap bulannya ada sekitar 15 ribu orang.
Mereka aktif melakukan aktivitas bisnis. Selama kurun waktu 7 tahun,
kami sudah menciptakan suatu sejarah. Karena di dalam pertumbuhan yang
seperti itu, banyak hal yang bisa kami lakukan di Indonesia. Pertama, Nu
Skin Indonesia merupakan negara yang tumbuh paling cepat, dibanding
negara yang lain yang ada di Asia Tenggara. Kedua, sudah ada 2
distributor kami yang mempunyai penghasilan sebesar US$ 1 juta. Kalau
dirupiahkan mungkin sekitar Rp 10 miliar. Luar biasa besar. Mungkin
dalam kurun waktu 2 ke depan, akan bermunculan lagi mereka-mereka yang
berpenghasilan di atas US$ 1 juta.
Apa saja proyek-proyek Nu Skin di luar jualan produk?
Proyek-proyek yang sudah kami jalankan adalah Force For Good, dalam arti bukan CSR saja, tapi misi tugas kami benar-benar force for good,
kekuatan untuk kebaikan. Sejak pertengahan 2010, kami bekerja sama
dengan Yayasan Jantung Anak Indonesia di RSCM, dimana kami melihat bahwa
di sana banyak anak-anak dengan jantung bawaan, tapi mereka tidak
punya dana. Memang yang namanya jantung itu mahal sekali. Untuk operasi
saja bisa dibutuhkan sekitar 50-70 juta. Sementara banyak
perusahaan-perusahaan lain yang membantu fasilitas kesehatan tapi
biasanya untuk operasi-operasi skala besar, seperti sumbing segala
macam. Sementara untuk jantung, jarang perusahaan yang fokus ke sana
karena sangat mahal. Untuk Rp 100 juta saja, mungkin hanya 2 anak yang
bisa tertolong. Begitu melihat kondisi tersebut, merangkul Yayasan
Jantung Anak Indonesia hingga sekarang sebanyak 37 anak sudah bisa kami
bantu. Bahkan tahun ini kami berkomitmen kepada yayasan akan bantu lagi
sebanyak Rp 1 miliar selama 1 tahun ini. Jadi mudah-mudahan lebih banyak
lagi anak-anak Indonesia yang membutuhkan jantung bawaan bisa kami
tolong agar sehat kembali.
Kami juga bekerja sama dengan Butet membangun community school
di Flores. Sistemnya adalah kami didik sejumlah anak untuk beberapa
tahun. Setelah anak-anaknya bisa mendidik, baru kami lepas. Dan sekarang
sudah muter. Yang dididik jadi pendidik, begitu seterusnya.
Yang mendidik lagi jadi pendidik lagi di sekolah itu. Sekolah-sekolah
lainnya juga kami bangun, seperti waktu ada gempa Yogya, kemudian yang
terakhir di Padang, pokoknya yang memang habis terkena gempa. Jadi kami
bangun lagi, kami sediakan fasilitasnya, dll. Itu sebetulnya proyek
ekonomi. Sejak tahun 2005 bahkan sebelum Nu Skin ada, proyek ini sudah
ada di Indonesia.
Kami juga membantu penelitian di Laut Banda dan Papua, kemudian waktu Tsunami Aceh 2004, kami sudah provide
makanan kesehatan. Jadi kalau biasanya orang kirim makanan instan yang
hanya bikin kenyang, sehingga setelah kenyang timbul penyakit, maka yang
kami lakukan adalah memberikan makanan sehat penuh nutrisi.
Apa lagi target dan rencana Nu Skin ke depan?
Tahun ini, kalau Rp 500 miliar nyaris
kejadian. Bukan lagi mimpi. Dengan Rp 500 miliar, kami bermimpi bisa
membantu 200 anak lagi di proyek Force For Good tadi. Karena terus
terang berdasarkan info dari yayasan yang menjadi partner kami, itu
masih banyak sekali yang membutuhkan bantuan. Karena memang jantung
bawaan itu bukan hal yang murah. Jadi setiap agen berkomitmen agar
setiap bulannya, mereka dapat menyisihkan 1 % dari komisinya ke yayasan.
Sekarang total sudah hampir 1000 agen yang berkomitmen agar 1%
komisinya masuk ke Yayasan Jantung Indonesia. Jadi mudah-mudahan ini
makin besar.
Kalau rencana penerapan teknologi terbaru produk akan ada apa lagi?
Pertumbuhan Nu Skin tidak terlepas dari
inovasi produk-produk terbarunya. Kami sudah merencanakan bahwa di tahun
2013, kami sudah punya ageLOC® Tru Face Essence Ultra. Kemudian di
tahun berikutnya akan ada produk-produk lainnya yang menggunakan
teknologi ageLOC® yang benar-benar menarget tentang sel-sel pemudaan.
Di Indonesia, produk-produk dengan
teknologi ageLOC seperti ageLOC Galvanic R-Squared, dll itu sejak 2010
sudah terjual lebih dari Rp 400 miliar. Jadi cukup signifikan, demandnya tinggi serta masyarakat willing to pay. Saat ini kami ada convention,
bagaimana kami benar-benar melakukan bisnis di Indonesia bukan hanya
sekedar jual produk, tapi juga visi Force for Good. Itu menjadi tanggung
jawab kami di samping customer kami mendapatkan sesuatu, masyarakat
sekitar pun bisa kami bantu dengan bergulirnya bisnis ini. Salah satu
yang kami terapkan di convention ini adalah expo dimana kami ada banyak produk-produk demo. Kami harus terus create history. Sekian persen kami tumbuh, sekian persen kami sisihkan untuk mereka yang membutuhkan. (EVA)